Informasi

Posted

Workshop Hutan dan Masyarakat Agenda PRHM II.

SLEMAN : Pekan Raya Hutan dan Masyarakat (PRHM) II akan diselenggarakan 12-15 Januari 2009 di Grha Shaba Pramana UGM. PRHM II ini mengusung tema besar "Gerakan Rakyat untuk Mengantisipasi Isu Global Pengelolaan Sumber Daya HutanĂ®.

Dalam hajatan tersebut akan diselenggarakan beberapa kegiatan. Diantaranya workshop, yaitu satu workshop utama dan delapan workshop tematik. Workshop utama akan diselenggarakan pada hari pertama dengan tema "Kristalisasi Nilai-nilai Lokal dan Isu Global dalam Pengelolaan Hutan di Indonesia".

Workshop tematik akan diselenggarakan secara paralel selama dua hari. Tema-tema workshop tematik adalah pengelolaan hutan pola kemitraan, hutan desa, hasil hutan bukan kayu, hutan rakyat, hutan kemasyarakatan, hutan tanaman rakyat, legalitas kayu, dan carbon trading. Tema-tema tersebut merupakan isu pengelolaan hutan lestari berbasis masyarakat yang ada di Indonesia.

Rohni Sanyoto, Supervisi Workshop, mengemukakan pemateri workshop adalah para pejabat, praktisi, dan peneliti dalam hal kehutanan dan masyarakat. "Workshop tematik akan diselenggarakan secara paralel sehingga peserta pekan raya diberi kebebasan memilih workshop untuk diikutinya," kata Roni. (BJ-88)

Padat agenda, hari pertama Pekan Raya Hutan dan Masyarakat.

YOGYAKARTA: Hari pertama Pekan Raya Hutan dan Masyarakat 2009 sarat dengan agenda. Berbagai acara dari pagi hingga malam membuat perhelatan kaliber nasional ini menjadi kian berwarna.

Pekan Raya resmi berlangsung melalui upacara pembukaan di Tribun Selatan Grha Sabha Pramana Universitas Gadjah Mada (UGM), dengan menu pembuka Parade Petani dan atraksi drum band Keraton.

San Afri Awang (Direktur Pekan Raya 2009) tampil menyampaikan laporan. Mochammad Naiem (Steering Committee Pekan Raya 2009) dan Boen Purnama (wakil Departemen Kehutanan RI) memberikan sambutan.

Acara pun terus menggelinding dengan penampilan happening art yang dibuka Sudjarwadi (Rektor UGM). Budayawan nasional M Sobary dan Tjatur Sapto Edi tampil untuk menyuarakan orasi bertema "Nasionalisme, Sumberdaya Alam, dan Kesejahteraan Sosial".

Acara kemudian bergeser ke dalam ruangan, berupa workshop. Workshop utama bertama "Kristalisasi Nilai-nilai Lokal dan Isu Global dalam Pengelolaan Hutan di Indonesia" nerlangsung di Ruang Utama lantai dua.

Dengan moderator Aziz Khan, sesi pertama menampilkan Ben Purnama (Departemen Kehutanan) yang mengusung pikiran utama "Dinamika Kebijakan dan Kesepakatan Kehutanan Global". Selain itu juga ada Heri Purnomo (Centre for International Forestry Research, CIFOR) dengan makalah "Transformasi Isu Global dalam Pengelolaan Sumberdaya Hutan di Indonesia". Sementara Agus Purnomo (Dewan Nasional Perubahan Iklim, DNPI) hadir dengan kertas kerja "Isu Perubahan Iklim dalam Perspektif Kepentingan Nasional".

Sementara, sesi kedua menghadirkan Mustofa Agung Sarjono (Universitas Mulawarman) dengan "Model-model Pengelolaan Hutan Lestari Berbasis Masyarakat". Agus Affianto (Java Learning Center, JAVLEC) dengan "Kehutanan Masyarakat dalam Perspektif Ketahanan Nasional". Abdon Nababan (Aliansi Masyarakat Adat Nusantara, AMAN)
dengan "Konstelasi Masyarakat dalam Pengelolaan Sumber Daya Hutan Nasional".

Sesi kedua workshop dengan moderator Heri Santoso tersebut juga melibatkan sejumlah reviewer. Antara lain San Afri Awang (Persaki, Persatuan Sarjana Kehutanan Indonesia), Hariadi Kartodiharjo (Presidium Dewan Kehutanan Nasional, DKN), PM Laksono (antropolog), Diah Raharjo (pengamat kehutanan), dan Agung Djojosoekarto.

Hari pertama Pekan Raya juga langsung berhiaskan pameran di Hall Utama yang menyajikan beragam informasi kehutanan serta aneka komoditas rakyat. Pameran buka tiap hari dari pukul 09.00 hingga 22.00 sepanjang Pekan Raya. (BJ-88).






Kopi tumbuk Halimun dihasilkan dari kawasan konservasi Pegunungan Halimun yang
bebas pupuk dan pestisida kimia. Bagi Masyarakat Halimun, kopi merupakan salah satu hasil dari kebun "dudukuhan" (Kebun Talun), dimana dudukuhan merupakan salah satu bentuk pengelolaan lahan yang ramah lingkungan dan selaras dengan konservasi.

Kopi tumbuk Halimun, merupakan kopi khas Pegunungan Halimun yang diolah secara tradisional dengan di sangray di atas api tungku kayu bakar
serta ditumbuk di "lisung" (tempat dan alat penumbuk dari kayu) sehingga menghasilkan aroma kopi yang khas. Masyarakat Halimun menyajikan kopi tumbuk ini dalam sebuah cangkir batok kelapa, dan ditambahkan Gula Semut yang kemudian dikenal dengan "Kopi Misdok".




KAsepuhan Citorek sangat terkenal dengan hamparan sawah dan hasil panen padi yang selalu melimpah pada setiap musimnya. Berdasarkan hasil pemetaan partisipatif masyarakat Kasepuhan Citorek pada tahun 2004, wewengkon kasepuhan citorek memiliki luas 7.416 ha, dengan luas sawah 1712.041 ha. Produksi padi yang dihasilkan berdasarkan data kasepuhan tahun 2005 sekitar 725.6 ton per tahun. Pola tanam padi yang dilksanakan masyarakat

Kasepuhan Citorek yaitu satu kali dalam satu tahun sesuai dengan aturan adat kasepuhan, padi yang ditanam padi lokal. Jenis padi lokal yang banyak ditanam masyarakat Kasepuhan Citorek ada dua jenis yaitu berkulit merah "seksek" dan berkulit putih "kewal"
"Beras Lokal"




Arenga Pinnata Merr

Pohon Aren (arenga pinnata merr)

Merupakan salah satu pohon yang mempunyai banyak manfaat, mulai dari daun, batang daun sebagai lidi, batang, injuk, sampai niranya.

Pohon Aren banyak ditemui di kebun-kebun talun, tepi kampung dan tepi-tepi persawahan di desa-desa di wilayah Jawa Barat dan Banten.

Masyarakat umumnya memanfaatkan nira aren sebagai bahan baku untuk Gula Aren. Di kawasan Pegunungan Halimun, Gula Aren yang dikenal ada 2 (dua), yaitu : Gula Kojor dan Gula Semut.

Pohon Aren bermanfaat secara Konservasi dari bentuk perakarannya yang berfungsi sebagai penahan air dan secara ekonomi dapat menjadi salah satu produk yang dapat meningkatkan pendapatan petani.





POHON AREN DENGAN MANFAATNYA
POHON KOPI

PRODUK LENGKAP KEDAI HALIMUN


This entry was posted at 11.25 . You can follow any responses to this entry through the comments feed .

0 komentar

Posting Komentar